Pada zaman dahulu kita dapat dengan mudah berkomunikasi dengan Surga. Kita dapat melihat berbagai macam kemuliaan makhluk-makhluk Surgawi, para penduduk di Tanah Budha. Kita dapat mendengar ajaran-ajaran Surgawi dalam bentuk komunikasi yang tak terlukiskan. Komunikasi semacam ini sangat mirip dengan musik klasik masa kini. Tapi ketika kita mendengar melodi musik ajaran ini, kita akan melayang ke Surga; kebijaksanaan kita yang berharga dan kekuatan kreatif kita akan terbuka.
Ini lebih indah daripada musik fisik di dunia kita. Saya menggunakan kata
“musik” karena tiada yang lebih indah yang dapat menandinginya. Atau kita dapat
katakan ini sejenis energi yang sangat kuat dan dapat membawa kita naik turun ke
dunia yang lebih tinggi di alam semesta. Metode Quan Yin kita dinamakan
berdasarkan kualitas dari ajaran Surgawi ini karena kata “Quan” berarti
mengamati dan “Yin” berarti getaran Suara dari dunia yang lebih tinggi ini.
Pada zaman dahulu, ketika kita masih memiliki hubungan yang sangat mudah dengan
Surga, kita selalu dapat mendengarkan musik ini. Lalu kita mencoba untuk membuat
banyak alat-alat musik yang masih ada hingga sekarang; dan kita memiliki
berbagai macam tiruan ajaran Surgawi, misalnya lonceng gereja, kecapi, seruling,
piano, gitar, dan lain-lain. Jadi ketika kita pergi ke gereja, kita dapat
melihat segala macam alat-alat musik ini, ketika kita pergi ke kuil kita juga
mendengar bunyi alat-alat musik yang berbeda-beda. Ketika keluarga atau sahabat
kita meninggal, pelayan gereja atau pelayan kuil akan mengiringinya dengan
suara-suara musik. Ini adalah sisa- sisa tradisi Surgawi yang agung pada zaman
keemasan masa lampau.
Dahulu kala ada seorang raja di negeri China yang sangat pengasih. Ia bertanya
kepada salah seorang penasihatnya yang bijaksana tentang hal apakah yang dapat
membuat orang-orang di neraka merasa lebih terangkat dan bahagia. Kemudian sang
penasihat yang bijaksana itu berkata bahwa jika mereka dapat mendengarkan bunyi
sebuah lonceng yang besar maka mereka akan merasa terangkat dan merasa bahagia.
Lalu, sang raja menitahkan untuk membangun kuil yang besar dengan
lonceng-lonceng di dalamnya agar nanti setidaknya orang-orang di neraka dapat
mendengarkan bunyi lonceng duniawi untuk mengingatkan mereka akan melodi musik
dari ajaran batin. Jadi, tradisi ini berasal dari seorang yang sangat berbelas
kasih, dan ketika orang-orang meninggal, kita tetap mencoba untuk menemani
mereka dengan berbagai macam musik, dengan harapan untuk menghibur kepergian
jiwa-jiwa ini.
Dan jika musik buatan manusia dapat menghibur orang-orang ketika mereka pergi
dari dunia ini dan dapat menghibur makhluk-makhluk di neraka, maka dapat kita
bayangkan betapa besar penghiburan yang akan kita dapatkan selagi kita masih
hidup jika kita dapat langsung mendengarkan musik asli dari Surga.
No comments:
Post a Comment